Kamis, 13 Maret 2014

Partisipasi Pemuda Dalam Pembangunan di Kabupaten Banyuwangi

Baik buruknya suatu bangsa dilihat dari kualitas pemudanya. Tergantung pada karakter dan moral pemudanya. Sampai-sampai untuk menggambarkan betapa berharganya pemuda sebagai aset suatu bangsa, Presiden Soekarno pernah mengatakan “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncangkan dunia”. Pemuda adalah simbol kekuatan, masa depan dan harapan suatu bangsa.
Pemuda memiliki tipe pemikiran yang kritis dan kreatif. Mahasiswa yang merupakan bagian dari pemuda tentu tak lepas dari sifat ini. Kita bisa melihat bahwa perubahan-perubahan besar banyak dilakukan oleh para pemuda. Seperti halnya sumpah pemuda, kebangkitan nasional bahkan reformasi. Semua itu tak luput dari peran pemuda. Pemuda adalah identitas suatu bangsa, merupakan penerus generasi terdahulu untuk mewujudkan cita-cita suatu bangsa. Pemuda lah yang menjadi harapan dalam setiap kemajuan bangsa. Kaum muda memiliki daya berfikir yang khas. Mereka menggunakan idealismenya untuk melakukan perubahan-perubahan dalam suatu bangsa atau dalam lingkungan masyarakat. Kritis dalam melihat masalah-masalah dalam masyarakat dan mampu memberikan solusi yang tak jarang tidak terpikirkan oleh generasi-generasi yang lebih tua. Banyak terobosan baru yang mereka buat karena pemuda memiliki cara pikir yang berbeda.
Pemuda/mahasiswa dahulu berbeda dengan mahasiswa saat ini. Dari cara berpikir, pergaulan/gaya hidup dan cara mereka menyelesaikan masalah. Pemuda zaman dahulu lebih berfikir secara rasional dan jauh ke depan. Dalam arti, mereka tidak asal dalam berpikir maupun bertindak. Mereka akan merumuskan secara matang dengan memperhatikan dampak-dampak yang akan timbul dalam berbagai aspek. Dahulu Mahasiswa sangat dekat dengan masyarakat. Mereka terjun dalam masyarakat dan merangkul mereka. Bertanya tentang masalah apa yang sedang dihadapi masyarakat saat itu. Mencoba memberikan kesempatan pada masyarakat untuk mengeluarkan unek-uneknya. Dan disinilah peran mahasiswa sesungguhnya. Menjadi agent of change dan social control. Mengisi kekosongan dalam tubuh masyarakat, yaitu peranan dalam kepemimpinan dan kepeloporan dalam melakukan perubahan sosial bagi masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik.
Jauh berbeda dengan mahasiswa zaman sekarang. Mereka lebih menjadi mahasiswa yang pasif. Datang ke kampus, duduk, belajar kemudian pulang. Begitu seterusnya, mereka juga jarang masuk ke dalam organisasi-organisasi di kampus. Peran pemuda saat ini dalam sosialisasi bermasyarakat menurun drastis. Mereka lebih mengutamakan kesenangan untuk dirinya sendiri dan lebih sering bermain-main dengan kelompoknya. Masih terkesan acuh dengan masalah-masalah sosial di lingkungannya. Seakan tidak perduli dengan fenomena-fenomena sosial yang terjadi di sekitar mereka. Pemuda saat ini telah terpengaruh ke dalam pergaulan bebas, kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotika bahkan kemajuan teknologi yang seharusnya bisa memfasilitasi mereka untuk menambah wawasan atau bertukar informasi justru disalahgunakan. Mereka menggunakan internet tidak pada porsinya. Padahal dulu pemuda lah yang berperan aktif dalam menyukseskan kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti acara keagamaan, peringatan Hari Kemerdekaan, kerja bakti, dan lain-lain. Seandainya saja pemuda generasi terdahulu masih hidup pasti mereka sedih melihat pemuda-pemuda sekarang ini yang lebih mementingkan kesenangan pribadi. Generasi yang menjadi harapan mereka untuk melanjutkan perjuangan, tidak lagi memiliki semangat nasionalisme. Kesan mahasiswa zaman sekarang di mata masyarakat hanyalah anarkis, demo dan kekerasan. Kita harus bisa mengubah pemikiran masyarakat tentang mahasiswa masa kini.
Pemuda/mahasiswa dapat memulai aksinya berdasarkan dari masalah-masalah yang ada pada suatu daerah, maupun potensi besar yang belum teroptimalkan secara maksimal yang bahkan bisa menjadi senjata untuk daerah tersebut. Baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, pangan, pertanian, sosial, budaya maupun pemerintahan. Dalam bidang sosial politik pun keberadaan pemuda menjadi pusat perhatian dan ajang perebutan simpati. Ide-ide yang disuarakan oleh kaum muda sering dianggap sebagai suara rakyat. Hal itu dikarenakan ide-ide kaum muda selalu mencerminkan isi hati dari rakyat bawah.
Dalam kesempatan ini, saya akan mengulas tentang Pemuda-pemuda dan cara mereka untuk ikut berperan dalam pembangunan di Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi mempunyai banyak potensi, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Hal ini lah yang perlu di kelola dengan baik, pengelolaan yang baik membutuhkan peran serta pemuda Banyuwangi.
Contoh dalam bidang ekonomi misalnya, kita tahu bahwa di Songgon adalah daerah penghasil buah Durian. Selama ini kita hanya menikmati buahnya begitu saja, padahal jika di manfaatkan lebih baik lagi, bagian-bagian dari buah Durian itu dapat di manfaatkan. Berdasarkan permasalahan tersebut Mahasiswa yang baik akan dapat mengubah permasalahan seperti itu menjadi potensi yang besar. Dia akan melakukan riset untuk menciptakan produk baru dengan menggunakan bahan baku durian. Sehingga durian itu dapat bermanfaat secara optimal. Biji buahnya dapat di manfaatkan kembali menjadi kripik dan kulit durian itu sendiri bisa digunakan untuk kerajinan. Sehingga hal ini dapat membuka peluang usaha baru yang nantinya menyerap tenaga kerja dan dengan begitu pengangguran dapat dikurangi.
Contoh lain, pada suatu daerah yang memiliki masalah pada banyaknya sampah padat dan cair yang tidak tertangani dan akhirnya menumpuk di beberapa tempat. Hal semacam ini tentu akan mengganggu pemandangan, menimbulkan bau yang tidak sedap, mengganggu kesehatan, menjadi ancaman banjir apabila menyumbat beberapa saluran air. Mahasiswa atau kelompok mahasiswa dapat memberikan solusi dengan memberdayakan masyarakat untuk menangani atau mengolah sampah organik. Dampak yang akan terlihat tentu berkurangnya volume sampah secara signifikan. Merubah sampah organik menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan, ataupun mengolahnya menjadi biogas yang memiliki kegunaan dan bernilai jual. Hal ini juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sampah.
Pemuda/mahasiswa juga dapat berperan dalam membangun Kabupaten Banyuwangi menjadi kabupaten yang lebih baik dimulai dari pendidikan anak-anak Banyuwangi. Seperti yang kita tahu, masih banyak sekali anak-anak di Banyuwangi ini yang belum bisa mengenyam pendidikan. Mereka terbelenggu pada keadaan ekonomi keluarga yang memaksa mereka menghabiskan masa kanak-kanaknya dengan bekerja membantu orang tua. Mahasiswa dapat memberikan kontribusi mereka pada hal ini, dengan mengunjungi kecamatan-kecamatan yang masih tertinggal. Memberikan pengetahuan-pengetahuan kepada anak-anak yang tidak bersekolah atau putus sekolah. Menyumbangkan buku-buku bekas yang layak pakai. Setidaknya jangan sampai ada anak yang masih buta huruf. Kita juga tahu bahwa Banyuwangi sudah mulai membangun Sekolah Pilot Negeri di kawasan Bandara Banyuwangi. Hal ini menandakan pembangunan di Banyuwangi sudah mulai meningkat. Dengan didirikannya sekolah ini diharapkan banyak pemuda Banyuwangi yang belajar di dalamnya akan menjadi Pilot yang berkualitas. Yang berarti, mereka para kaum muda memberikan partisipasinya untuk membangun kualitas Sumber Daya Manusia di Banyuwangi.
Mungkin hal-hal seperti itulah yang dapat dilakukan oleh pemuda untuk menjadikan Banyuwangi atau daerah-daerah lain menjadi lebih baik, lebih produktif dan lebih makmur. Banyuwangi yang notabene sebagai The Sunrise of Java harus bisa menginspirasi atau harus bisa menjadi teladan yang baik bagi kabupaten-kabupaten yang lain. Jangan biarkan Banyuwangi di pandang remeh dan di anggap enteng. Kita tunjukkan kualitas Kabupaten Banyuwangi dengan menjadi pemuda yang berkelakuan baik, menjadi pemuda yang aktif dalam beraspirasi, menjadi pemuda yang taat akan aturan dan norma yang berlaku dalam masyarakat, menjadi pemuda yang membekali diri mereka dengan iman yang dipercaya masing-masing. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu melahirkan pemimpin yang melebihi kemampuannya.
Sebagai pemuda kita harus sadar negara ini membutuhkan ksatria untuk mewujudkan kesejahteraan di lingkungan masyarakat. Mungkin di mata kita pemerintah sendiri tidak cukup baik mengusahakan kesejahteraan bangsa ini, tapi kita tinggal di negeri ini. Baik buruknya negeri ini secara langsung maupun tidak pasti akan berdampak dengan kehidupan kita di negeri ini. Jadi jangan hanya bisa mengkritik, menyalahkan, menghina atau mencela saja. Itu semua tidak bisa membangun negeri kita, terjun dan belajar langsung dari kehidupan di sekitar kita. Jadilah pemuda yang perduli terhadap bangsa dan lingkungan sekitar dan jadilah pemuda yang senantiasa melandasi diri dengan Pancasila. Jangan menjadi pemuda yang NATO (No Action Talk Only). Pemuda diharapkan mampu bertanggung jawab dalam membina kesatuan dan persatuan NKRI, serta mampu mengamalkan nila-nilai yang ada dalam Pancasila agar terciptanya kedamaian, kesejahteraan umum serta kerukunan antar bangsa.
Sejarah tidak berhenti pada satu generasi. Sejarah akan terus menghadirkan tokoh dan pemimpinnya. Sejarah pula yang akan membuktikan apakah seorang pemimpin akan tercatat dengan menggunakan tinta emas atau tinta hitam yang penuh bercak. Lawan penindasan dan eksploitasi, sudah saatnya kaum muda memimpin dan menyelamatkan bangsa.

Semoga negara kita ini tetap bersatu seperti slogan budaya bangsa yang tersirat dalam Bhineka Tunggal Ika. Berkaryalah pemuda-pemudi Indonesia, majukan negara kita dengan inovasi-inovasi baru, dengan kreatif, percaya diri, jujur, dan berjiwa sosial membangun daerah dengan semangat juang tinggi dalam membangun bangsa. Jadilah Soekarno dan Moh Hatta berikutnya yang memiliki semangat juang tinggi dalam membangun bangsa.

Sumber : ismafawwaz.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar