Baik buruknya suatu bangsa dilihat dari kualitas
pemudanya. Tergantung pada karakter dan moral pemudanya. Sampai-sampai untuk
menggambarkan betapa berharganya pemuda sebagai aset suatu bangsa, Presiden
Soekarno pernah mengatakan “Beri aku
sepuluh pemuda, maka akan kuguncangkan dunia”. Pemuda adalah simbol kekuatan,
masa depan dan harapan suatu bangsa.
Pemuda memiliki tipe pemikiran yang kritis dan kreatif.
Mahasiswa yang merupakan bagian dari pemuda tentu tak lepas dari sifat ini.
Kita bisa melihat bahwa perubahan-perubahan besar banyak dilakukan oleh para
pemuda. Seperti halnya sumpah pemuda, kebangkitan nasional bahkan reformasi.
Semua itu tak luput dari peran pemuda. Pemuda adalah identitas suatu bangsa,
merupakan penerus generasi terdahulu untuk mewujudkan cita-cita suatu bangsa.
Pemuda lah yang menjadi harapan dalam setiap kemajuan bangsa. Kaum muda
memiliki daya berfikir yang khas. Mereka menggunakan idealismenya untuk
melakukan perubahan-perubahan dalam suatu bangsa atau dalam lingkungan
masyarakat. Kritis dalam melihat masalah-masalah dalam masyarakat dan mampu
memberikan solusi yang tak jarang tidak terpikirkan oleh generasi-generasi yang
lebih tua. Banyak terobosan baru yang mereka buat karena pemuda memiliki cara
pikir yang berbeda.
Pemuda/mahasiswa dahulu berbeda dengan mahasiswa saat
ini. Dari cara berpikir, pergaulan/gaya hidup dan cara mereka menyelesaikan
masalah. Pemuda zaman dahulu lebih berfikir secara rasional dan jauh ke depan.
Dalam arti, mereka tidak asal dalam berpikir maupun bertindak. Mereka akan
merumuskan secara matang dengan memperhatikan dampak-dampak yang akan timbul dalam
berbagai aspek. Dahulu Mahasiswa sangat dekat dengan masyarakat. Mereka terjun
dalam masyarakat dan merangkul mereka. Bertanya tentang masalah apa yang sedang
dihadapi masyarakat saat itu. Mencoba memberikan kesempatan pada masyarakat
untuk mengeluarkan unek-uneknya. Dan disinilah peran mahasiswa sesungguhnya. Menjadi
agent of change dan social control. Mengisi kekosongan dalam tubuh masyarakat,
yaitu peranan dalam kepemimpinan dan kepeloporan dalam melakukan perubahan
sosial bagi masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik.
Jauh berbeda dengan mahasiswa zaman sekarang. Mereka
lebih menjadi mahasiswa yang pasif. Datang ke kampus, duduk, belajar kemudian
pulang. Begitu seterusnya, mereka juga jarang masuk ke dalam organisasi-organisasi
di kampus. Peran pemuda saat ini dalam sosialisasi bermasyarakat menurun
drastis. Mereka lebih mengutamakan kesenangan untuk dirinya sendiri dan lebih
sering bermain-main dengan kelompoknya. Masih terkesan acuh dengan
masalah-masalah sosial di lingkungannya. Seakan tidak perduli dengan
fenomena-fenomena sosial yang terjadi di sekitar mereka. Pemuda saat ini telah
terpengaruh ke dalam pergaulan bebas, kenakalan remaja, penyalahgunaan
narkotika bahkan kemajuan teknologi yang seharusnya bisa memfasilitasi mereka
untuk menambah wawasan atau bertukar informasi justru disalahgunakan. Mereka
menggunakan internet tidak pada porsinya. Padahal dulu pemuda lah yang berperan
aktif dalam menyukseskan kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti acara keagamaan,
peringatan Hari Kemerdekaan, kerja bakti, dan lain-lain. Seandainya saja pemuda
generasi terdahulu masih hidup pasti mereka sedih melihat pemuda-pemuda
sekarang ini yang lebih mementingkan kesenangan pribadi. Generasi yang menjadi
harapan mereka untuk melanjutkan perjuangan, tidak lagi memiliki semangat
nasionalisme. Kesan mahasiswa zaman sekarang di mata masyarakat hanyalah
anarkis, demo dan kekerasan. Kita harus bisa mengubah pemikiran masyarakat
tentang mahasiswa masa kini.
Pemuda/mahasiswa dapat memulai aksinya berdasarkan dari
masalah-masalah yang ada pada suatu daerah, maupun potensi besar yang belum
teroptimalkan secara maksimal yang bahkan bisa menjadi senjata untuk daerah
tersebut. Baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, pangan, pertanian,
sosial, budaya maupun pemerintahan. Dalam bidang sosial politik pun keberadaan
pemuda menjadi pusat perhatian dan ajang perebutan simpati. Ide-ide yang
disuarakan oleh kaum muda sering dianggap sebagai suara rakyat. Hal itu
dikarenakan ide-ide kaum muda selalu mencerminkan isi hati dari rakyat bawah.
Dalam kesempatan ini, saya akan mengulas tentang Pemuda-pemuda
dan cara mereka untuk ikut berperan dalam pembangunan di Kabupaten Banyuwangi.
Banyuwangi mempunyai banyak potensi, baik itu sumber daya alam maupun sumber
daya manusianya. Hal ini lah yang perlu di kelola dengan baik, pengelolaan yang
baik membutuhkan peran serta pemuda Banyuwangi.
Contoh dalam bidang ekonomi misalnya, kita tahu bahwa di
Songgon adalah daerah penghasil buah Durian. Selama ini kita hanya menikmati
buahnya begitu saja, padahal jika di manfaatkan lebih baik lagi, bagian-bagian
dari buah Durian itu dapat di manfaatkan. Berdasarkan permasalahan tersebut
Mahasiswa yang baik akan dapat mengubah permasalahan seperti itu menjadi potensi
yang besar. Dia akan melakukan riset untuk menciptakan produk baru dengan
menggunakan bahan baku durian. Sehingga durian itu dapat bermanfaat secara
optimal. Biji buahnya dapat di manfaatkan kembali menjadi kripik dan kulit
durian itu sendiri bisa digunakan untuk kerajinan. Sehingga hal ini dapat
membuka peluang usaha baru yang nantinya menyerap tenaga kerja dan dengan
begitu pengangguran dapat dikurangi.
Contoh lain, pada suatu daerah yang memiliki masalah pada
banyaknya sampah padat dan cair yang tidak tertangani dan akhirnya menumpuk di
beberapa tempat. Hal semacam ini tentu akan mengganggu pemandangan, menimbulkan
bau yang tidak sedap, mengganggu kesehatan, menjadi ancaman banjir apabila
menyumbat beberapa saluran air. Mahasiswa atau kelompok mahasiswa dapat
memberikan solusi dengan memberdayakan masyarakat untuk menangani atau mengolah
sampah organik. Dampak yang akan terlihat tentu berkurangnya volume sampah
secara signifikan. Merubah sampah organik menjadi pupuk organik yang ramah
lingkungan, ataupun mengolahnya menjadi biogas yang memiliki kegunaan dan
bernilai jual. Hal ini juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
sampah.
Pemuda/mahasiswa juga dapat berperan dalam membangun
Kabupaten Banyuwangi menjadi kabupaten yang lebih baik dimulai dari pendidikan anak-anak
Banyuwangi. Seperti yang kita tahu, masih banyak sekali anak-anak di Banyuwangi
ini yang belum bisa mengenyam pendidikan. Mereka terbelenggu pada keadaan
ekonomi keluarga yang memaksa mereka menghabiskan masa kanak-kanaknya dengan
bekerja membantu orang tua. Mahasiswa dapat memberikan kontribusi mereka pada
hal ini, dengan mengunjungi kecamatan-kecamatan yang masih tertinggal.
Memberikan pengetahuan-pengetahuan kepada anak-anak yang tidak bersekolah atau
putus sekolah. Menyumbangkan buku-buku bekas yang layak pakai. Setidaknya
jangan sampai ada anak yang masih buta huruf. Kita juga tahu bahwa Banyuwangi
sudah mulai membangun Sekolah Pilot Negeri di kawasan Bandara Banyuwangi. Hal
ini menandakan pembangunan di Banyuwangi sudah mulai meningkat. Dengan
didirikannya sekolah ini diharapkan banyak pemuda Banyuwangi yang belajar di
dalamnya akan menjadi Pilot yang berkualitas. Yang berarti, mereka para kaum
muda memberikan partisipasinya untuk membangun kualitas Sumber Daya Manusia di
Banyuwangi.
Mungkin hal-hal seperti itulah yang dapat dilakukan oleh
pemuda untuk menjadikan Banyuwangi atau daerah-daerah lain menjadi lebih baik,
lebih produktif dan lebih makmur. Banyuwangi yang notabene sebagai The Sunrise
of Java harus bisa menginspirasi atau harus bisa menjadi teladan yang baik bagi
kabupaten-kabupaten yang lain. Jangan biarkan Banyuwangi di pandang remeh dan
di anggap enteng. Kita tunjukkan kualitas Kabupaten Banyuwangi dengan menjadi
pemuda yang berkelakuan baik, menjadi pemuda yang aktif dalam beraspirasi,
menjadi pemuda yang taat akan aturan dan norma yang berlaku dalam masyarakat,
menjadi pemuda yang membekali diri mereka dengan iman yang dipercaya
masing-masing. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu melahirkan
pemimpin yang melebihi kemampuannya.
Sebagai pemuda kita harus sadar negara ini membutuhkan
ksatria untuk mewujudkan kesejahteraan di lingkungan masyarakat. Mungkin di
mata kita pemerintah sendiri tidak cukup baik mengusahakan kesejahteraan bangsa
ini, tapi kita tinggal di negeri ini. Baik buruknya negeri ini secara langsung
maupun tidak pasti akan berdampak dengan kehidupan kita di negeri ini. Jadi
jangan hanya bisa mengkritik, menyalahkan, menghina atau mencela saja. Itu
semua tidak bisa membangun negeri kita, terjun dan belajar langsung dari
kehidupan di sekitar kita. Jadilah pemuda yang perduli terhadap bangsa dan
lingkungan sekitar dan jadilah pemuda yang senantiasa melandasi diri dengan
Pancasila. Jangan menjadi pemuda yang NATO (No Action Talk Only). Pemuda
diharapkan mampu bertanggung jawab dalam membina kesatuan dan persatuan NKRI,
serta mampu mengamalkan nila-nilai yang ada dalam Pancasila agar terciptanya
kedamaian, kesejahteraan umum serta kerukunan antar bangsa.
Sejarah tidak berhenti pada satu generasi. Sejarah akan
terus menghadirkan tokoh dan pemimpinnya. Sejarah pula yang akan membuktikan
apakah seorang pemimpin akan tercatat dengan menggunakan tinta emas atau tinta
hitam yang penuh bercak. Lawan penindasan dan eksploitasi, sudah saatnya kaum
muda memimpin dan menyelamatkan bangsa.
Semoga negara kita ini tetap bersatu seperti slogan budaya bangsa yang tersirat dalam Bhineka Tunggal Ika. Berkaryalah pemuda-pemudi Indonesia, majukan negara kita dengan inovasi-inovasi baru, dengan kreatif, percaya diri, jujur, dan berjiwa sosial membangun daerah dengan semangat juang tinggi dalam membangun bangsa. Jadilah Soekarno dan Moh Hatta berikutnya yang memiliki semangat juang tinggi dalam membangun bangsa.
Sumber : ismafawwaz.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar